Senin, 04 Mei 2020

Berita


Definisi Berita

            Pada dasarnya, sebagian besar produk tulisan public relations adalah produk berita. Press release adalah berita, isi neweletter adalah berita atau isi company profile adalah berita. Karena itu, produk tulisan public relations harus mengandung “berita” bagi public. Berita adalah segala sesuatu yang tidak biasa (news is anything out of ordinary). (Kriyantono,2012:118)
            Siaran berita (news release) menciptakan suatu citra tertentu di mata kritis para editor perihal organisasi yang menyebarkannya. Akan tetapi pada kenyataannya, di mana-mana siaran berita itu masih menjadi salah satu kegiatan PR yang kurang digarap sungguh-sungguh.
            Sebuah siaran berita yang baik harus menyajikan suatu kisah yang sama bermutunya dengan yang biasa ditulis oleh para jurnalis. Informasi yang terungkap harus jelas, dan sepenuhnya sesuai dengan kenyataan yang ada, serta menaati segenap kaidah penulisan yang baik. Siaran berita tidak boleh berlebih-lebihan sehingga mirip iklan.(Jefkins,2014:121)

Kualitas dan Nilai Berita

            Apa yang tertulis dalam Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia tahun 2006 bisa dijadikan patokan umum untuk menilai kualitas berita, yaitu “wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang dan adil, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menerapkan asas praduga tak bersalah.”
            Dari uraian Kode Etik di atas dapat dijabarkan karateristik berita yang sebaiknya dibuata praktisi public relations. Lebih lanjut dibawah ini:
1.                  Berita itu objektif
            Objektivitas berita adalah ukuran baik tidaknya debuah berita sesuai kaidah-kaidah jurnalistik. Objektivitas berita mencakup dua hal, yaitu:
a)      Faktualitas, berita harus berdasarkan fakta bukan karangan atau opini wartawan. Ciri-ciri berita yang factual ialah : berita mengandung kebenaran, tidak mencampuradukkan antara fakta dengan opini pribadi wartawan, berita harus lengkap, berita harus relevan, dan berita harus informatif.
b)      Imparsialitas, berita mesti tidak berpihak pada golongan tertentu dan tidak sepotong-sepotong dalam memberitakan peristiwa. Ciri-ciri berita imparsial ialah: berita mesti seimbang dalam pemberitaannya, berita mesti netral, berita seharusnya tidak sepotong-sepotong.
2.               Narasumber Kredibel
           Berita yang baik adalah berita yang menampilkan narasumber atau sumber berita yang terjamin kapabilitasnya dalam memberikan kesaksian atau informasi tentang peristiwa yang diberitakannya.
3.               Berita Harus Bernilai (Memiliki News Values/News Worthly)
           Agar menarik minat khalayak untuk membacanya, maka berita harus mengandung nilai berita (news values). Bagi seorang public relations, nilai berita ini penting sewaktu membuat press release yang dikirim ke media. Semain media menganggap berita yang disampaikan melalui press release itu menarik (mempunyai nilai jual), maka semakin besar untuk dapat dimuat.
           Selain kualitas berita Nilai berita juga diperlukan agar berita dapat dimuat di media. Berita diyakini akan dapat merangsang orang untuk membaca jika berkaitan dengan:
·         Sesuatu peristiwa yang terbaru (aktual)
·         Proksimitas (kedekatan)
·         Magnitude (kebesaran)
·         Prominence (kemahsyuran)
·         Tema-tema menarik. (Kriyantono,2012:119-122)

Penulisan Berita

           Cara termudah untuk mempelajari penulisan siaran berita yang baik adalah dengan rajin-rajin menyimak laporan di berbagai Koran, dan mengobservasi cara-cara penulisannya. Berikut ini dua buah karateristik fundamental yang akan nampak apabila Anda cukup rajin menyimak berita dari berbagai surata kabar.
a)      Pokok permasalahan selalu dinyatakan di awal kalimat pembuka. Dalam sebuah siaran berita, pokok permasalahan jarang berupa nama organisasi, melainkan bidang kegiatan atau apa yang tengah dikerjakan oleh organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.
b)      Paragraph pembuka senantiasa berisi rangkuman atau keseluruhan cerita. Maksudnya, seandainya saja kolom media memang tidak memungkinkan untuk memuat naskah atau kalimat-kalimat yang selanjutnya, maka paragraf pertama tadi sudah dapat mengemukakan inti pesan atau berita ke pembaca.
            Berikut ini akan diuraikan sebuah rumus pembuatan siaran berita bermutu yang sudah teruji. Standar yang digunakan dalam rumus ini juga merupakan standar yang dianut oleh para editor. Dalam bahasa aslinya (bahasa Inggris), rumus tersebut lebih dikenal dengan akronim SOLAADS.
1)      Subjek (subject) – apa yang dituturkan oleh cerita?
2)      Organisasi (organization) – apa nama organisasi yang bersangkutan atau berkepentingan?
3)      Lokasi (location) – dimana organisasi itu berlokasi?
4)      Keunggulan (advantages): Apanya yang baru? Serta apa pula manfaatnya?
5)      Penerapan (application) – apa saja kegunaan atau manfaatnya? Siapa pengguna atau pihak-pihak yang dapat memanfaatkannya?
6)      Rincian (details) – berapa ukurannya, apa warnanya, berapa harganya, bagaimana bentuk atau penampilannya (dan berbagai hal rinci lainnya)
7)      Sumber (source) – dimana produk itu bisa diperoleh? Jika tidak ada lokasi khusus, maka sumber yang dipakai adalah alamat kantor pusat organisasi. (Jefkins,2014:123-124)








Gambar 2.1
Tata Letak Siaran Berita Berdasarkan Rumus Tujuh Unsur
                           

Sumber: Jefkins, Frank. 2014:124. Public Relation. Jakarta. Erlangga



Nilai atau arti penting dari rumus tujuh unsur tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
a)      Rumus itu dapat berfungsi sebagai daftar petunjuk atas berbagai macam data yang dibutuhkan sebelum penulisan siaran berita dilakukan.
b)      Rumus itu merupakan alur baku atas penyusunan siaran berita
c)      Rumus tersebut berfungsi sebagai daftar guna memeriksa kualitas atas keseluruhan naskah setelah penulisannya selesai.
d)     Penerapan rumus tujuh unsur ini tidak berarti bahwa kita harus selalu membuat siaran berita yang terdiri atas 7 paragraf.
e)      Paragraf pertama harus selalu menyatakan subjek: nama perusahaan atau organisasi secara singkat
f)       Paragraf terakhir harus menyatakan nama lengkap, alamat jelas, dan nomor-nomor telepon dari organisasi pengirim siaran berita.
            Siaran berita pada dasarnya adalah sebuah manuskrip (naskah dasar). Siaran berita yang baik jelas akan menunjukkan bahwa praktisi PR yang menggaarapnya adalah seorang yang professional dan tahu benar akan apa yang diinginkannya. Berikut ini adalah beberapa aturan sederhana dalam penulisan yang lazim berlaku dikalangan pers.
a)      Kop Surat (printed heading paper). Setiap siaran berita harus ditulis atau dicetak diatas kertas dengan kop surat khusus yang tidak biasa dipakai untuk keperluan korespondensi bisnis sehari-hari
b)      Judul berita (heading). Judul harus menyatakan secara jelas apa yang hendak diterbitkan.
c)      Subjudul (subheading). Biasanya subjudul tidak perlu dibubuhkan, karena sang editor belum tentu memakainya.
d)     Paragraf pinggir (indented paragraph). Paragraf pertama tidak perlu ‘dimasukkan’ ke margin dalam, meskipun si durat kabar semua paragraf dimasukkan ke tepi (artinya kalimat baris pertama dibuat lebih pendek daripada kalimat-kalimat lainnya dalam paragraf yang sama).
e)      Huruf-huruf besar (capital letters). Jangan menulis nama perusahaan/organisasi atau nama produk dengan huruf besar semuanya.
f)       Pengggarisbawahan (underlining). Tidak ada kata atau kalimat dalam siaran berita yang perlu digarisbawahi.
g)      Titik-titik dalam singkatan (full points in abbreviations). Menurut kaidah yang berlaku, titik tidak perlu dipakai dalam singkatan.
h)      Angka-angka (figures). Semua angka, dari satu sampai Sembilan harus ditulis dalam huruf. Sedangkan 10 (sepuluh) ke atas harus ditulis dalam angka.
i)        Tanggal (dates). Gaya penulisan yang dianut oleh dunia pers (di Negara-negara Barat, khususnya Inggris) adalah angka atau nama bulan disebutkan terlebih dahulu baru disusul dengan angka tanggal, misalnya December 23.
j)        Sambungan (continuations). Apabila siaran berita memerlukan lebih dari satu halaman, maka tulislah kata ‘bersambung’ atau ‘berlanjut ke halaman berikutnya’ pada sudut kanan bawah.
k)      Tanda kutipan (quotation marks). Tanda kutip (‘. . .’) harus dibubuhkan untuk setiap kalimat yang dikutip secara langsung maupun tak langsung.
l)        Larangan (embargo). Disini, larangan atau embargo berarti suatu permintaan untuk tidak menerbitkan suatu cerita atau naskah sebelum tanggal dan saat tertentu.
m)    Identitas penulis (authorship). Di akhir naskah siaran berita, penulis harus mencantumkan nama dan nomor teleponnya. (Jeffkins,2014:129-132)


DAFTAR PUSTAKA

Jefkins, Frank. 2014. Public Relation. Erlangga, Jakarta


Kriyantono, Rachmat. 2012. PR Writing: Teknik Produksi Media Public Relation dan Publisitas Korporat. Kencana, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi Antarbudaya Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain ...