Komunikasi
Antarbudaya
Komunikasi merupakan proses dinamis di mana
orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalui
penggunaan simbol. (McDaniel, dkk, 2014:18).
Komunikasi manusia itu melayani segala
sesuatu, komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan manusia, komunikasi
merupakan proses yang universal. Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap,
perilaku, dan tindakan yang trampil dari manusia (communication involves both attitudes and skills). Manusia tidak
bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau tidak berkomunikasi dengan cara atau
melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, maksud serta emosi yang
dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain.
Komunikasi manusia itu dapat dipahami sebagai
interaksi antarpribadi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik, misalnya
simbol verbal dan nonverbal. (Liliweri,2013:5-6).
33
Joseph A.Devito menjabarkan mengenai ciri
komunikasi antarpribadi yang efektif yaitu adanaya keterbukaan, empati, dukungan,
rasa positif, dan kesetaraan. (Devito, 1989:4).
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup.
Manusia belajar, berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut
menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktek komunikasi,
tindakan-tindakan sosial, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi,
semua itu berdasarkan pola-pola budaya. (Mulyana,dkk, 2002:19).
Budaya ada untuk melayani kebutuhan viral dan
praktis manusia untuk membentuk masyarakat juga untuk memelihara spesies,
menurunkan pengetahuan dan pengalaman berharga ke generasi berikutnya, untuk
menghemat biaya dan bahaya dari proses pembelajaran semuanya mulai dari
kesalahan kecil selama proses coba-coba sampai kesalahan fatal. (Sowell,
2009:43).
Menurut McDaniel,dkk terdapat elemen yang
membentuk budaya antara lain;
a.
Sejarah
Sejarah merupakan sebuah diagaram yang
memberikan petunjuk bagaimana hidup pada masa ini. Cerita masa lalu memberikan
anggota dari suatu budaya bagian sebuah budaya dari identitas, nilai, aturan,
tingkah laku, dan sebagainya. Sejarah menyoroti asal suatu budaya,
“memberitahukan” anggotanya apa yang dainggap penting, dan mengidentifikasi
prestasi suatu budaya yang pantas untuk dibanggkan.
b.
Agama
Menurut Parkes, Laungani, dan Young dalam
McDaniel,dkk semua budaya “memiliki agama yang dominan dan terorganisasi di
mana aktivitas dan kepercayaan mencolok (upacara, ritual, hal-hal tabu, dan perayaan)
dapat berarti dan berkuasa sebagai fungsi dasar yang dapat mempengaruhi praktik
bisnis, politik, hingga tingkah laku individu (kode etik).
c.
Organisasi
Sosial
Organisasi-organisasi ini (kadang merujuk
pada sistem sosial atau struktur sosial) mewakili unit sosial yang beraneka
ragam yang terkandung dalam budaya. Menurut Nolan dalam Mcdaniel dkk “Struktur
social merefleksikan budaya kita, misalnya, apakah kita raja dan ratu atau
presiden dan perdana mentri. Dalam struktur sosial, lebih lanjut, memberikan
peranan pada berbagai pemain – harapan bagaimana masing-masing individu
bertingkah laku, apa yang mereka wakili, dan bahkan bagaimana mereka akan
berpakaia.”
d.
Bahasa
Bahasa juga merupakan elemen lain yang umum
pada setiap budaya. Begitu pentingnya bahasa bagi setiap budaya membuat
Haviland dan rekannya mengatakan (dalam McDaniel,dkk) “Tanpa kapasitas kita
terhadap bahasa yang kompleks, budaya manusia seperti yang kita ketahui tidak
aka nada.” (McDaniel,dkk, 2014:29-31)
Elemen budaya tersebut sangat diperlukan oleh
penelitian ini dikarenakan, dengan elemen budaya tersebut peneliti dapat
mengetahui bahwa komunikasi yang dilakukan oleh key informan dan informan
merupakan komunikasi antarbudaya serta mengetahui kebudayaan seperti bahasa,
agama, dan lainnya dari key informan
serta informan.
Budaya
dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan
siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana komunikasi berlangsung,
tetapi budaya juga turut menentukan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang
ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan
menafsirkan pesan. (Mulyana,dkk,2010:19-20)
Komunikasi antarbudaya merupakan istilah yang
mencakup arti umum dan menunjukkan pada komunikasi antara orang-orang yang
mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda. (Shoelhi,2015:2)
Komunikasi
antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik
dalam arti ras, etnik,atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). (Mulyana,2001:236)
Komunikasi antarbudaya terjadi ketika anggota dari satu budaya tertentu
memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain. Lebih tepatnya,
komunikasi antarbudaya melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi
budaya dan system simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi. (Larry, dkk,
2014:15)
Asumsi Komunikasi Antarbudaya
Asumsi
sebuah komunikasi antarbudaya merupakan seperangkat pernyataan yang
menggambarkan sebuah lingkungan yang valid tempat di mana komunikasi
antarbudaya dapat diterapkan.
Berikut
Asumsi Komunikasi Antarbudaya menurut Alo Liliweri yaitu;
1.
Perbedaan
Persepsi antara Komunikator dengan Komunikan
Komunikasi, apapun bentuk dan
konteksnya, selalu menampilkan perbedaan iklim antara komunikator dengan
komunikan. Ini merupakan asumsi dan bahkan prinsip utama dari komunikasi,
terutama komunikasi antarbudaya. Karena ada perbedaan iklim budaya tersebut
maka pada umumnya perhatian teoritis atau praktis dari komunikasi selalu di
fokuskan pada pesan-pesan yang menghubungkan individu atau kelompok dari dua
situasi budaya yang berbeda.
Hambatan komunikasi antarbudaya acapkali
tampil dalam bentuk perbedaan persepsi terhadap norma-norma budaya, pola-pola
berpikir, struktur budaya, dan system budaya. Dengan kata lain, apabila kita
ingin agar komunikasi budaya sukses maka hendaklah mengakui dan menerima
perbedaan-perbedaan budaya sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana yang kita
kehendaki.
2.
Komunikasi
Antarbudaya Mengandung Isi dan Relasi Antarpribadi
Secara alamiah proses komuniasi antarbudaya
berakar dari relasi sosial antarbudaya yang menghendaki adanya interaksi
sosial. Watzlawick, dkk dalam Liliweri menekankan bahwa isi (content of communication) komunikasi
tidak berada dalam sebuah ruang yang terisolasi. Isi (content) dan makna (meaning)
adalah dua hal yang esensial dalam membentuk relasi (realtions).
3.
Gaya
Personal mempengaruhi Komunikasi Antarpribadi
Menurut Liliweri gaya komunikasi
antarpribadi dapat diterangkan secara kognitif maupun sosial. Beberapa orang
memiliki gaya komunikasi yang menunjukan dominasi (sok kuasa) sebaliknya orang lain mungkin memilih gaya komunikasi
yang submisif. Ada orang yang bercakap-cakap dalam kehangatan namun orang lain
menampakkan wajah dingin dan kurang bersahabat sehingga membuat perasaan tidak
nyaman. Kadang ada orang yang bersikap otoriter namun orang lain sangat
demokratis dan partisipatif serta terbuka, ada orang yang cepat bereaksi dan
mendahului, namun orang lain menunggu. Pengalaman sosial dalam berkomunikasi,
terutama berkomunikasi antarbudaya, dengan bermacam-macam orang dari latar
belakang budaya yang berbeda akan membuat kita semakin berpengalaman,
berpendapat, dan mungkin memberikan evaluasi secara kognitif tentang gaya
personal maupun gaya suatu kelompok tertentu.
4.
Tujuan
Komunikasi Antarbudaya: Mengurangi Tingkat Ketidakpastian
Salah satu perspektif komunikasi
antarbudaya menekankan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi
tingkat ketidakpastian tentang orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh
Liliweri “Dalam perjumpaan antarpribadi, anda dan saya sering berhadapan dengan
beberapa ambiguitas tentang relasi, sekurang-kurangnya dalam pertanyaan:
Bagaimana perasaan dia terhadap saya? Bagaimana sikap dia terhadap saya? Apa
yang saya aakan peroleh kalau saya berkomunikasi dengan dia? Pertanyaan tentang
kebingungan ini “memaksa” orang untuk berkomunikasi sehingga anda merasa diri
berada dalam suasana relasi yang lebih pasti, dan selanjutnya akan mengambil
keputusan meneruskan atau menghentikan komunikasi tersebut’.
5.
Komunikasi
Berpusat pada Kebudayaan
Berdasarkan pendapat Gatewood dalam
Liliweri kita akan berhadapan dengan satu pertanyaan klasik tentang hubungan
antara komunikasi dengan kebudayaan; apakah hubungan antara komunikasi dengan
kebudayaan; apakah komunikasi ada dalam kebudayaan atau kebudayaan ada dalam
komunikasi? Ada satu jawaban netral yang disampaikan oleh Smith (1976) dalam
Liliweri bahwa: “komunikasi dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan.” Atau Edward
T. Hall mengatakan: “komunikasi adalah kebudayaan dan kebudayaan adalah
komunikasi.” Dalam tema atau bagian uraian tentang kebudayaan dan komunikasi,
anda mungkin akan mendapat penjelasan yang lebih rinci atas pertanyaan yang
dimaksud. Sekurang-kurangnya ada dua jawaban; pertama, dalam kebudayaan ada
system dan dinamika yang mengatur tata cara pertukaran simbol-simbol
komunikasi; dan kedua, hanya dengan komunikasi maka pertukaran simbol-simbol
dapat dilakukan, dan kebudayaan hanya akan eksis jika ada komunikasi.
6.
Tujuan
Komunikasi Antarbudaya adalah Efektivitas Antarbudaya
Interaksi antarbudaya yang efektif
sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan
bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan tercapai (komunikasi yang sukses) bila
bentuk-bentuk hubungan antarbudaya menggambarkan upaya yang sadar dari peserta
komunikasi untuk memperbaharui relasi antara komunikator dengan komunikan,
menciptakan dan memperbaharui sebuah manajemen komunikasi yang efektif,
lahirnya semangat kesetiakawanan, persahabatan, hingga kepada berhasilnya
pembagian teknologi, serta mengurangi konfilk. (Liliweri, 2013:14-22).
Budaya dan Individu : Identitas Budaya
Identitas merupakan hal yang sangat abstrak, dinamis, konsep bervariasi
yang menjelaskan siapa Anda. Ting-Toomey dalam McDaniel dkk menganggap identitas
sebagai “Konsep diri yang direfleksikan atau gambaran diri bahwa kita berasal
dari keluarga, gender, budaya, etnis, dan proses sosialisasi individu.
Identitas pada dasarnya merujuk pada pandangan reflektif mengenai diri kita
sendiri ataupun persepsi orang lain mengenai gambran diri kita.” Setiap
Individu memilki banyak identitas yaitu:
1.
Identitas
Ras
Identitas rasial biasanya berhubungan dengan
ciri-ciri fisik luar seperti warna kulit, tekstur rambut, penampilan wajah dan
bentuk mata.
2.
Identitas
Etnis
Etnisitas atau identitas etnis berasal dari
warisan, sejarah, tradisi, nilai, kesamaan perilaku, asal daerah, dan bahasa
yang sama.
3.
Identitas
Gender
Identitas gender agak berbeda dengan
identitas seks secara biologis. Gender merujuk pada bagaimana budaya tertentu
membedakan peranan social feminine dan maskulin. Seperti yang dinyatakan oleh
Ting-Toomey dalam McDaniel, “Identitas gender, singkatnya, merujuk pada
pengertian dan interpretasi yang kita miliki yang berhubungan dengan gambaran
pribadi dan gambaran lain yang diharapkan dari seorang laki-laki dan
perempuan.”
4.
Identitas
Nasional
Identitas nasional merujuk pada
kewarganegaraan. Mayoritas orang mengasosiasikan identitas nasional mereka
dengan negara di mana mereka lahir. Namun, identitas nasional juga dapat
diperoleh melalui imigrasi dan naturalisasi. Mereka yang menjadi warga negara
di negara yang berbeda dengan negara kelahiran mereka dapat mulai mengadopsi
beberapa atau semua aspek dari identitas negara baru tersebut, tergantung dari
keterikatan mereka terhadap tanah air mereka yang baru. Sebagai alternative,
mereka yang tinggal secara permanen di negara lain juga dapat memiliki
keterikatan yang kuat terhadap tanah air mereka.
5.
Identitas
Regional
Identitas regional merupakan identitas wilayah dalam suatu negara yang berbeda dari setiap negara. Contohnya, di Amerika Serikat banyak identitas regional yang ditandai oleh garis perbatasan dan hampir semua orang bangga dengan daerahnya. Di Jepang, identitas regional ditandai oleh berbagai dialek yang berbeda.
6.
Identitas
Organisasi
Dalam beberapa budaya, keanggotaan seseorang
dalam organisasi dapat menjadi sumber penting identitas. Hal ini benar dalam
budaya kolektif dan tidak demikian dalam budaya individualis.
7.
Identitas
Pribadi
Identitas pribadi terdiri atas karakteristik
yang membuat seseorang berbeda dengan orang lain di kelompoknya, karakteristik
yang membuatnya unik dan bagimana seseorang medirinya sendiri. Budaya juga
berperan dalam menentukan identitas pribadi.
8.
Identitas
Dunia Maya dan Identitas Khayalan
Internet memungkinkan seseorang untuk memilih
dan mempromosikan apa yang mereka pikirkan mengenai sisi postif dari identitas
mereka dan menghilangkan sisi negative atau bahkan membentuk identitas yang
baru. Identitas fantasia tau khayalan juga berkembang melintasi budaya,
berpusat pada karakter dalam film fiksi ilmiah, komik, dan anime. (McDaniel,dkk
2013: 185-193)
Unsur Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi antarbudaya yang efektif adalah
komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua
arah/timbal balik (two way communication).
Terdapat beberapa unsur proses komunikasi
antarbudaya yaitu:
a. Komunikator
Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak
yang memprakarsai komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu
kepada pihak lain yang disebut komunikan. Dalam komunikasi antarbudaya seorang
komunikator berasal dari latarbelakang kebudayaan teretntu, misalnya kebudayaan
A yang berbeda dengan komunikan yang berkebudayaan B.
Beberapa studi tentang karakteristik komunikator yang
pernah dilakukan oleh Howard Giles dan Arlene Franklyn-Stokes dalam Aloliliweri
(2013:25), menunjukan bahwa karakterstik itu ditentukan antara lain oleh latar
belakang etnis dan ras, faktor demografis seperti umur dan jenis kelamin,
hingga ke latar belakang sistem politik. Selain faktor yang berkaitan dengan
kemampuan berbahasa sebagai pendukung komunikasi misalnya kemampuan berbicara
dan menulis secara baik dan benar (memilih kata, membuat kalimat), kemampuan
menyatakan simbol nonverbal (bahasa isyarat tubuh), bentuk bentuk dialek dan
aksen, dan lain lain.
b. Komunikan
Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang
menerima pesan tertentu, dia menjadi tujuan / sasaran komunikasi dari pihak
lain (komunikator). Dalam komunikasi antarbudaya, seorang komunikan berasal
dari latar belakang sebuah kebudayaan tertentu, misalnya kebudayaan B.
Tujuan komunikasi akan tercapai manakala komunikan
“menerima” (memahami makna) pesan dari komunikator, dan memperhatikan (attention) serta menerima pesan secara
menyeluruh (comprehension). Ini
adalah dua aspek penting yang berkaitan dengan cara bagaimana seorang
komunikator dan komunikan mencapai sukses dalam pertukaran pesan.
c. Pesan
/ Simbol
Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau
gagasan, perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan dalam bentuk
simbol. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu,
misalnya dalam kata-kata verbal yang diucapkan atau ditulis, atau simbol non
verbal yang diperagakan melalui gerak-gerik tubuh / anggota tubuh, warna,
artifak, gambar, pakaian dan lain-lain yang semuanya harus dipahami secara
konotatif.
Dalam model komunikasi antarbudaya, pesan adalah apa yang
ditekankan atau dialihkan oleh komunikator kepada komunikan. Setiap pesan
sekurang-kurangnya mempunyai dua aspek utama : content dan treatment,
yaitu isi dan perlakuan.
d. Media
Dalam komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat,
saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim melalui media tertulis
misalnya surat, telegram, faksimili. Juga media massa (cetak) seperti majalah,
surat kabar dan buku, media massa elektronik (radio, televisi, video, film, dan
lain lain) akan tetapi kadang-kadang pesan-pesan itu dikirim tidak melalui
media, terutama dalam komunikasi antarbudaya tatap muka.
Tatkala manusia bertatap muka (medium institusional) maka orang akan memakai bahasa isyarat tubuh
dan pernyataan wajah (kita menangkap pesan itu dengan mata), lalu menangkap
bunyi (suara, atau gangguan lain), dan mungkin juga meraba, menciumi bau dengan
hidung atau merasakan sesuatu dengan lidah.
e. Efek
atau Umpan Balik
Umpan balik merupakan tanggapan balik dari komunikan
kepada komunikator atas pesan-pesan yang telah disampaikan. Tanpa umpan balik
atas pesan-pesan dalam komunikasi antarbudaya maka komunikator tidak bisa
memahami ide, pikiran dan perasaan yang terkandung dalam pesan tersebut.
Dalam komuikasi tatap muka, umpan balik lebih mudah
diterima. Komunikator dapat mengetahui secara langsung apakah serangkaian pesan
itu dapat diterima atau tidak.
f. Suasana
(Setting dan Context)
Satu faktor yang penting dalam komunikasi antarbudaya
adalah suasana yang kdang-kadang disebut setting
of communication, yakni tempat (ruang, space)
dan waktu (time) serta suasana
(sosial, psikologis) ketika komunikasi antarbudaya berlangsung.
g.
Gangguan (Noise
atau Interference)
Gangguan dalam
komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat laju pesan
yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, atau paling fatal adalah
mengurangi makna pesan antarbudaya. Gangguan menghambat komunikan menerima
pesan dan sumber pesan. Gangguan (noise)
dikatakan ada dalam satu sistem komunikasi bila dalam membuat pesan yang
disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan itu dapat bersumber
dari unsur-unsur komunikasi, misalnya komunikator, komunikan, pesan,
media/saluran yang mengurangi usaha bersama untuk memberikan makna yang sama
atas pesan.
Gangguan komunikasi
yang bersumber dari komunikator dan komunikan misalnya karena perbedaan status
sosial dan budaya (stratifikasi sosial, jenis pekerjaan, faktor usia), latar
belakang pendidikan (tinggi pendidikan) dan pengetahua (akumulasi pengetahuan
terhadap tema yang dibicarakan), ketrampilan (kemampuan untuk memanipulasi
pesan) berkomunikasi. Sementara gangguan yang berasal dari pesan misalnya
perbedaan pemberian makna atas pesan yang disampaikan secara verbal, (sinonim,
homonim, denotative dan konotatif), perbedaan tafsir atas pesan nonverbal
(bahasa isyarat tubuh). Gangguan dari media / saluran karena orang salah
memilih media yang tidak sesuai dengan konteks komunikasi, gangguan
situasi-kondisi-suasana yang kurang mendukung terlaksananya komunikasi
antarbudaya. (Liliweri,2013:25-31)
Bahasa dalam Komunikasi Antarbudaya
Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam
proses komunikasi. Bahasa adalah sebuah institusi sosial yang
dirancang,dimodifikasi, dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kultur atau
subkultur yang terus berubah. (Sihabudin,2013:77).
Bahasa merupakan sejumlah
simbol yang disetujui untuk digunakan oleh sekelompok orang untuk menghasilakan
arti. Hubungan antara simbol yang dipilih dan arti yang disepakati kadang
berubah-ubah.
Budaya ditandai
oleh sejumlah variasi bahasa lain diantaranya:
1.
Aksen
Aksen
merupakan variasi dalam pelafalan yang terjadi ketika orang menggunakan bahasa
yang sama. Hal ini terkadang merupakan akibat dari perbedaan geografis dan
historis,
2.
Dialek
Dialek
dibedakan oleh perbedaan dalam kosakata, tata bahasa, dan bahkan tanda baca.
Contohnya pada bahasa Jepang yang dikenal sebagai budaya yang homogeny,
memiliki banyak dialek, dan beberapa seperti aksen Kagoshima-ben dan Okinawa-ben
d bagian selatan, sangat sulit dimengerti oleh orang luar.
3. Argot
Argot merupakan kosakata khusus yang asing bagi suatu subkultur atau
kelompok. Di Amerika Serikat, banyak orang yang menggunakan kosakata khusus
untuk mengidentifikasi mereka sebagai kelompok dari subkultur atau kelompok
tertentu, misalnya tahanan atau mereka yang terlibat dalam tindakan kriminal,
kaum gay, geng jalanan, dan kelompok professional atau kelompok olahraga.
Anggota dari kelompok ini menggunakan kosakata yang khusus untuk mengaburkan
makna yang sebenarnya atau untuk menciptakan rasa identitas.
4. Slang
Slang merupakan istilah-istilah yang digunakan dalam situasi yang sangat
tidak formal yang berfungsi sebagai “cara untuk menandai identitas social atau
linguistic.”
Slang dapat berdasarkan daerah, di asosiasikan dengan suatu subkultur atau
digunakan kelompok yang terlibat dalam usaha tertentu. Contohnya adalah kata
“dude” yang merupakan istilah yang digunakan oleh penduduk desa untuk
mengolok-olok seseorang yang berasal dari kota. Kemudian, kata ini menjadi
popular dikalangan peselancar di California Selatan dan menyebar ke populasi
yang lain, di mana sekarang kata tersebut diginakan untuk memanggil orang lain.
5. Branding
Branding merupakan penggunaan nama perusahaan atau simbol
(seperti logo) untuk mengidentifikasi suatu produk atau menciptakan gambaran
yang dikenal oleh semua orang. Globalisasi mengakibatkan banyaknya “merek” yang
dikenal diseluruh dunia. Simbol seperti lengkungan emas McDonald, “swoosh” nike
dan lainnya, dengan cepat dikenal oleh jutaan orang di seluruh dunia, tanpa
memengaruhi bahasa yang mereka gunkan. (McDaniel,dkk, 2013: 271-273)
Komunikasi
Verbal dan Nonverbal dalam Komunikasi Antarbudaya
Dalam berkomunikasi, akan selalu melibatkan
lambang-lambang verbal dan nonverbal secara bersama-sama. Dalam banyak tindakan
komunikasi, baik verbal maupun nonverbal saling melengkapi. Misalnya, ketika
kita mangatakan terimakasih (verbal) maka terkadang kita juga akan
melengkapinya dengan tersenyum (nonverbal). Dalam pandangan Singer sebagaimana
dikutip oleh Rini Darmastuti bahwa “komunikasi antar budaya juga meliputi
komunikasi verbal, nonverbal, nilai-nilai, sistem kepercayaan dan tingkah
laku.(Darmastuti,2013:80)
Hanya saja, tidak jarang komunikasi verbal dan
komunikasi non verbal ini menimbulkan banyak masalah dalam proses komunikasi
karena perbedaan persepsi perbedaan makna.
a.
Komunikasi Verbal
Bahasa
verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita.
Bahasa juga dianggap sebagai suatu sistem verbal, didefinisikan sebagai
seperangkat simbol, dengan aturan untuk meng-kombinasikan simbol-simbol
tersebut yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Sebagai alat perekat dan
pengikat dalam hidup bermasyarakat, bahasa dapat membantu kita menyusun
struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah diterima. Maka ketika mahasiswa
Indonesia berkomunikasi dengan mahasiswa Melayu misalnya, apalagi untuk kali
pertama maka akan dipastikan kesalahpahaman tidak dapat dihindarkan. Misalnya,
mahasiswa asing sering mengatakan sedikit dapat berbahasa Indonesia sehingga
ketika diberi pertanyaan mengenai “bahasa” mereka kerap menjawab dengan “I
can speak bahasa, but a little”. Padahal pemahaman yang dimaksud
bahasa adalah bahasa Melayu.
Hal ini terjadi karena orang bule kerap
menganggap bahasa Melayu dan bahasa Indonesia serupa. Beberapa kata, frase atau
kalimat Malaysia yang terkadang terdengar
di Indonesia adalah lelucon, sekedar main-main, artinya memang tidak
digunakan di negara itu seperti laskar tak berguna (pensiunan), hentakhentak
bumi (jalan ditempat), pasukan awang-awang (angkatan udara), pasukan basah
kuyup (angkatan laut) dan lain-lain. (Mulyana,2000:270:274)
b. Komunikasi
Nonverbal
Komunikasi nonverbal
merupakan aktivitas multidimensi. Aspek multidimensi ini terungkap dalam fakta
bahwa komunikasi non-verbal tidak terjadi sendiri, namun biasanya dengan pesan
verbal. Beamer dan Varner mengungkapkan (dalam McDaniel,dkk), “Komunikasi
non-verbal dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk latar belakang budaya,
latar belakang social ekonomi, pendidikan, gender, usia, kecenderungan pribadi
dan idiosinkrasi.” Singkatnya, tidak semua orang dalam budaya tertentu
melakukan tindakan non-verbal yang sama, jadi interpretasi dari komunikasi
non-verbal harus dievaluasi secara hati-hati sebelum menyimpulkannya.
Komunikasi
non-verbal memiliki 5 fungsi: untuk mengulangi, melengkapi, menggantikan
perilaku verbal, untuk mengatur, dan untuk menyangkal dengan suatu peristiwa
komunikasi antarbudaya. Sumber utama pesan non-verbal adalah tubuh. Pesan-pesan
ini dikomunikasikan dengan penampilan umum, warna kulit, pakaian, gerakan tubuh
(kinesik), postur, gerakan, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan dan
parabahasa. (McDaniel,dkk,2014:296-300)
Komunikasi
non-verbal sangat mendukung dalam komunikasi antarbudaya karena biasanya
terdapat hambatan dalam komunikasi verbal dengan bahasa yang berbeda antara
komunikator dengan komunikan.
DAFTAR PUSTAKA
McDaniel.E , Porter.R , Samovar.L. 2014.
Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humanika.